Minggu, 31 Januari 2010

JADWAL KOMIK

Jadwal Rencana Terbit Komik 3 Februari 2010
January 28th, 2010 | Author: Kotakomik

Kategori : Komik Elex Media Komputindo
Beredar : Rabu, 3 Februari 2010

SORA - Itik Buruk Rupa 14
Piano Hutan 16
Apollon on the Slope 2
Eatman 19
Inuyasha 46
Touch 24
Kunimitsu 25
The Familiar of Zero 1
Tsubasa Reservoir Chronicle 13
AAA 3
Pandora Hearts 6
The Puppet Master Lin 2

Kategori : Komik m&c
The Lovely Wizard 5
The Scent of Love 8
NG Life 6
Voice of the Sky 2
Pluto 7
My Secret Life 4
Rainbow Jewel 2
The Gordian Knot 3
Born to Cook 5
Miracle Mermaid 1
MG Darling 2
24 Colors
Do Miracle
Girl’s Love
Rokka-chan Love Another Story

Kategori : Majalah Komik
Beredar : Rabu, 3 Februari 2010

Shonen Magz 68/2010

Kategori : Majalah Anak
Beredar : Selasa, 2 Februari 2010
Eatman The World of Cars 12 tahun 2010

Kategori : LEVEL KOMIK
Beredar : Rabu, 3 Februari 2010

LC : Last Inning 4
LC : Rainbow 15
LC : Bond 3
LC : REvolution No. 3 Vol. 1
LC : Subaru 2
LC : Ole! 1
LC : The Black Swindler 8
LC : Priest 2
LC : Over Rev 11
LC : Great Edo City Report
LC : Jio 3
LC : Attack!! 5
LC : Deaths Notice 5
LC : Wilderness 1

ROMIC : LC : Smurf - Smurf Liar

Selamat Membaca dan Melengkapi Koleksi Pustaka Pribadimu.



SUMBER:http://kotakomik.com

Sabtu, 30 Januari 2010

DAFTAR WEBSITE MANGA

BAGI YANG SUKA BACA MANGA
ANDA BISA MEMBUKA WEBSITE INI UNTUK DIKUNJUNGI:

1.www.onemanga.com
2.www.mangafox.com

YANG DI ATAS MASIH DALAMBENTUK BAHASA INGGRIS
KALAU MALES NGARTIIN
BACA AJA YANG BAHASA INDONESIA DI:
1.BACAMANGA.WEB.ID
2.www.mangakita.com
3.www.mangashroom.cOM




Senin, 25 Januari 2010

Komik Indonesia


Komik Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sejarah Komik Indonesia

Generasi 1930an

Merujuk kepada Boneff maka komik Indonesia pada awal kelahirannya dapat di bagi menjadi dua kategori besar, yaitu komik strip dan buku komik. Kehadiran komik-komik di Indonesia pada tahun 1930an dapat ditemukan pada media Belanda seperti De Java Bode dan D’orient dimana terdapat komik-komik seperti Flippie Flink and Flash Gordon. Put On,seorang peranakan Tionghoa adalah karakter komik Indonesia yang pertama-tama merupakan karya Kho Wan Gie yang terbit rutin di surat kabar Sin Po. Put On menginspirasi banyak komik strip lainnya sejak tahun 30an sampai 60-an seperti pada Majalah Star(1939-1942) yang kemudian bertukar menjadi Star Weekly. Sementara itu di Solo, Nasroen A.S. membuahkan karya komik stripnya yang berjudul Mentjcari Poetri Hidjaoe melalui mingguan Ratu Timur. Di awal tahun 1950-an, salah satu pionir komik bernama Abdulsalam menerbitkan komik strip heroiknya di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, salah satunya berjudul “Kisah Pendudukan Jogja”, bercerita tentang agresi militer Belanda ke atas kota Yogyakarta. Komik ini kemudian dibukukan oleh harian “Pikiran Rakyat” dari Bandung. Sebagian pengamat komik berpendapat bahwa inilah buku komik pertama-tama oleh artis komik Indonesia.

Generasi 1940-50an

Sekitar akhir tahun 1940an, banyak komik-komik dari Amerika yang disisipkan sebagai suplemen mingguan suratkabar. Diantaranya adalah komik seperti Tarzan, Rip Kirby, Phantom and Johnny Hazard. Kemudian penerbit seperti Gapura dan Keng po dari Jakarta, dan Perfects dari Malang, mengumpulkannya menjadi sebuah buku komik. Ditengah-tengah membanjirnya komik-komik asing, hadir Siaw Tik Kwei, salahs seorang komikus terdepan, yang memiliki teknik dan ketrampilan tinggi dalam menggambar mendapatkan kesempatan untuk menampilkan komik adapatasinya dari legenda pahlawan Tiongkok ‘Sie Djin Koei’. Komik ini berhasil melampaui popularitas Tarzan di kalangan pembaca lokal. Popularitas tokoh-tokoh komik asing mendorong upaya mentransformasikan beberapa karakter pahlawan super itu ke dalam selera lokal. R.A. Kosasih, yang kemudian dikenal sebagai Bapak Komik Indonesia, memulai karirnya dengan mengimitasi Wonder Woman menjadi pahlawan wanita bernama Sri Asih. Terdapat banyak lagi karakter pahlawan super yang diciptakan oleh komikus lainnya,diantaranya adalah Siti Gahara, Puteri Bintang, Garuda Putih and Kapten Comet, yang mendapatkan inspirasi dari Superman dan petualangan Flash Gordon.

Generasi 1960-70an

Adapatasi dari komik asing dalam komik Indonesia mendapatkan tentangan dan kritikan dari kalangan pendidik dan pengkritik budaya. Karena itu penerbit seperti Melodi dari Bandung dan Keng Po dari Jakarta mencari orientasi baru dengan melihat kembali kepada khazanah kebudayaan nasional. Sebagai hasil pencarian itu maka cerita-cerita yang diambil dari wayang Sunda dan Jawa menjadi tema-tema prioritas dalam penerbitan komik selanjutnya. R.A. Kosasih adalah salah seorang komikus yang terkenal keberhasilannya membawa epik Mahabharata dari wayang ke dalam media buku komik. Sementara itu dari Sumatra, terutamanya di kota Medan, terdapat pionir-pionir komikus berketrampilan tinggi seperto Taguan Hardjo, Djas, dan Zam Nuldyn, yang menyumbangkan estetika dan nilai filosofi ke dalam seni komik. Di bawah penerbitan Casso and Harris, artis-artis komik ini mengeksplorasi cerita rakyat Sumatra yang kemudian menjadi tema komik yang sangat digemari dari tahun 1960an hingga 1970an.

Banyak dipengaruhi komik-komik dengan gaya Amerika, Eropa, dan Tiongkok. Sebagian besar memanfaatkan majalah dan koran sebagai medianya, meskipun beberapa karya seperti Majapahit oleh R.A. Kosasih juga mendapatkan kesempatan untuk tampil dalam bentuk buku.

Tema yang banyak muncul adalah pewayangan, superhero, dan humor-kritik.
Abdillah
Budijanto Suhardiman
Ganes TH.
Hasmi
Jan Mintaraga
Jeffry (Iwan Suhardi)
John Lo (Djoni Lukman)
R.A. Kosasih
Sim Kim Toh alias Simon Iskandar
Kho Wan Gie alias Sopoiku
Wid NS
Zaldy Armendaris
Dwi Koendoro

Generasi 1990-2000an

Ditandai oleh dimulainya kebebasan informasi lewat internet dan kemerdekaan penerbitan, komikus mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi gayanya masing-masing dengan mengacu kepada banyak karya luar negeri yang lebih mudah diakses. Selain itu, beberapa judul komik yang sebelumnya mengalami kesulitan untuk menembus pasar dalam negeri, juga mendapat tempat dengan maraknya penerbit komik bajakan.

Selain itu beberapa penerbit besar mulai aktif memberikan kesempatan kepada komikus muda untuk mengubah image komik Indonesia yang selama ini terkesan terlalu serius menjadi lebih segar dan muda.

Ada dua aliran utama yang mendominasi komik modern Indonesia, yaitu Amerika (lebih dikenal dengan comics) dan Jepang (dengan stereotype manga).


Aliran Amerika

Komikus yang memilih style ini kebanyakan memang mereferensikan karya mereka pada komikus-komikus Amerika. Sebagian dari mereka bahkan ada yang bekerja untuk produksi komik Amerika. Beberapa komikus yang bisa dikatakan beraliran gaya Amerika antara lain
Donny Kurniawan
Alfa Roby

Catatan: List ini mempertimbangkan konsistensi minimal sampai 2007

Aliran Jepang

Komikus yang menggunakan aliran ini sangat diuntungkan dengan berkembangnya komunitas di Internet. Beberapa situs seperti julliedillon.net, howtodrawmanga.com, dan mangauniversity memuat banyak informasi pembuatan manga. Hal ini juga membuat ciri utama komikus Indonesia dengan aliran gambar Jepang, yaitu kebanyakan nama pengarangnya disamarkan dengan nickname masing-masing di dunia maya. Kemungkinan hal inilah yang menyebabkan sulitnya mengetahui jumlah tepatnya komikus lokal. Beberapa pengarang komik yang aktif mengeluarkan karya dengan gaya ini adalah:


Anthony Ann dengan nama samaran lainnya: Sentimental Amethyst
Anzu Hizawa
Is Yuniarto dan John G.Reinhart

Catatan: List ini mempertimbangkan konsistensi minimal sampai 2007



Beberapa Studio Komik juga pernah membuat karya-karya yang berciri aliran Jepang, antara lain
Komikers

Catatan: List ini mempertimbangkan konsistensi minimal sampai 2007

Komik Independen

Diawali dengan semangat untuk melawan hegemoni komik-komik dari luar Indonesia, muncullah komik-komik independen (lokal). Mencoba tampil berbeda, membuat gaya gambar lebih variatif dan eksperimental. Banyak komikus-komikus indie (independen) mengandalkan mesin fotokopi untuk penggandaan karya-karya mereka. Sistem distribusi paling banyak dilakukan di pameran komik, baik dengan jalan jual-beli atau barter antarkomikus. Tak jarang ada komikus yang menghalalkan karyanya untuk diperbanyak dan disebarluaskan, dengan motto 'copyleft' (lawan dari copyright atau hak cipta). Tentunya tidak untuk tujuan komersil.

Beberapa studio komik Independen antara lain:
Daging Tumbuh
Bengkel Qomik

Catatan: List ini mempertimbangkan konsistensi minimal sampai 2007

Daftar strip komik

Daftar strip komik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Berikut adalah daftar strip komik populer dari berbagai penjuru dunia, dibagi menurut negara asal pembuatannya.
Daftar ini belumlah lengkap. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya.

Indonesia
Ali Oncom (tdk tercatat-sekarang), oleh Budi Priyono
Belor, Mowie
Doyok, Keliek Siswojo
Dr. Otomot, Libra
Panji Koming, (1979-sekarang), Dwi Koen
Tomat, Libra
Timun (strip komik), Libra
Toge (strik komik), Libra
Tipi, Libra
Benny & Mice,
Pak Bei,

Jepang
Yonkoma

Amerika Serikat
Calvin and Hobbes
Dennis the Menace
Dilbert
Doonesbury
FoxTrot
Garfield
Hagar the Horrible
Peanuts (dengan tokohnya Snoopy)
The Far Side
The Family Circus
The Wizard of Id

Strip komik


Strip komik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Strip komik adalah sebuah gambar atau rangkaian gambar yang berisi cerita. Strip komik ditulis dan digambar oleh seorang kartunis, dan diterbitkan secara teratur (biasanya harian atau mingguan) di surat kabar dan di Internet. Di Britania Raya dan Eropa, strip komik juga diterbitkan secara berseri dalam majalah-majalah komik, sementara kisah sebuah strip kadang-kadang bersambung hingga tiga halaman atau lebih. Strip komik juga telah muncul dalam majalah-majalah AS, seperti misalnya Boy's Life.

komik


Komik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.

Terminologi

Di tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku Graphic Storytelling, dimana ia mendefinisikan komik sebagai "tatanan gambar dan balon kata yang berurutan, dalam sebuah buku komik." Sebelumnya, di tahun 1986, dalam buku Comics and Sequential Art, Eisner mendefinisikan eknis dan struktur komik sebagai sequential art, "susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide".

Dalam buku Understanding Comics (1993) Scott McCloud mendefinisikan seni sequential dan komik sebagai "juxtaposed pictorial and other images in deliberate sequence, intended to convey information and/or to produce an aesthetic response in the viewer".

Para ahli masih belum sependapat mengenai definisi komik. sebagian diantaranya berpendapat bahwa bentuk cetaknya perlu ditekankan, yang lain lebih mementingkan kesinambungan image dan teks, dan sebagian lain lebih menekankan sifat kesinambungannya (sequential). Definisi komik sendiri sangat supel karena itu berkembanglah berbagai istilah baru seperti:
Picture stories – Rodolphe Topffer (1845)
Pictorial narratives – Frans Masereel and Lynd Ward (1930s)
Picture novella – dengan nama samaran Drake Waller (1950s).
Illustories – Charles Biro (1950s)
Picto-fiction – Bill Gaine (1950s)
Sequential art(graphic novel) – Will Eisner (1978)
Nouvelle manga – Frederic Boilet (2001)

Untuk lingkup nusantara, seorang penyair dari semenanjung Melayu (sekarang Malaysia) Harun Amniurashid (1952) pernah menyebut 'cerita bergambar' sebagai rujukan istilah 'cartoons' dalam bahasa inggris. Di Indonesia terdapat sebutan tersendiri untuk komik seperti diungkapkan oleh pengamat budaya Arswendo Atmowiloto (1986) yaitu cerita gambar atau disingkat menjadi CERGAM yang dicetuskan oleh seorang komikus Medan bernama Zam Nuldyn sekitar tahun 1970. Sementara itu Seno Gumira Ajidarma (2002), jurnalis dan pengamat komik, mengemukakan bahwa komikus Teguh Santosa dalam komik Mat Romeo (1971) pernah mengiklankan karya mereka dengan kata-kata "disadjikan setjara filmis dan kolosal" yang sangat relevan dengan novel bergambar.
[sunting]
Istilah cerita bergambar

Akronim cerita (ber)gambar, menurut Marcell Boneff mengikuti istilah cerpen (cerita pendek) yang sudah terlebih dahulu digunakan, dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis kata-nya.

Tetapi menilik kembali pada kelahiran komik, maka adanya teks dan gambar secara bersamaan dinilai oleh Francis Laccasin (1971) sebagai sarana pengungkapan yang benar-benar orisinal. Kehadiran teks bukan lagi suatu keharusan karena ada unsur motion yang bisa dipertimbangkan sebagai jati diri komik lainnya.

Karena itu di dalam istilah komik klasik indonesia, cerita bergambar, tak lagi harus bergantung kepada cerita tertulis. Hal ini disebut Eisner sebagai graphic narration (terutama di dalam film & komik).

Posisi komik di dalam seni rupa

Komik menurut Laccasin (1971) dan koleganya dinobatkan sebagai seni ke-sembilan. Walaupun sesungguhnya ini hanya sebuah simbolisasi penerimaan komik ke dalam ruang wacana senirupa. Bukanlah hal yang dianggap penting siapa atau apa saja seni yang kesatu sampai kedelapan.

Menurut sejarahnya sekitar tahun 1920-an, Ricciotto Canudo pendiri Club DES Amis du Septième Art, salah satu klub sinema Paris yang awal, seorang teoritikus film dan penyair dari Italia inilah yang mengutarakan urutan 7 kesenian di salah satu penerbitan klub tersebut tahun 1923-an. Kemudian pada tahun 1964 Claude Beylie menambahkan televisi sebagai yang kedelapan, dan komik berada tepat dibawahnya, seni kesembilan.

Thierry Groensteen, teoritikus dan pengamat komik Perancis yang menerbitkan buku kajian komiknya pada tahun 1999 berjudul "Système de la bande dessinée (Formes sémiotiques)" yang akan terbit tahun 2007 menjadi "The System of Comics". Ia berbicara definisi seni kesembilan dalam pengantar edisi pertama majalah "9e Art" di Perancis. Menurutnya, yang pertama kali memperkenalkan istilah itu adalah Claude Beylie. Dia menulis judul artikel, "La bande dessinee est-elle un art?", dan seni kesembilan itu disebut pada seri kedua dari lima artikel di majalah "Lettres et Medecins", yang terbit sepanjang Januari sampai September 1964.

Baru kemudian pada tahun 1971, F. Laccasin mencantumkan komik sebagai seni kesembilan di majalah "Pour un neuvieme art", sebagaimana yang dikutip oleh Marcel Boneff pada 1972 di dalam Komik Indonesia .

Template by:

Free Blog Templates